
Kita hidup di era disrupsi teknologi dan banjir informasi yang begitu cepat. Kondisi ini bisa menjadi peluang untuk kemajuan, sekaligus tantangan besar bagi dunia pendidikan.
Dinamika zaman yang terus berubah, peran guru dan madrasah menjadi semakin penting dan strategis.
Oleh: Adi HR
Dalam dinamika zaman yang terus berubah, peran guru dan madrasah menjadi semakin penting dan strategis. Kita hidup di era disrupsi teknologi dan banjir informasi yang begitu cepat. Kondisi ini bisa menjadi peluang untuk kemajuan, sekaligus tantangan besar bagi dunia pendidikan.
Di tengah derasnya arus perubahan tersebut, muncul pertanyaan mendasar: apakah kita telah mengarahkan peserta didik menjadi pembangun peradaban, bukan sekadar pencari pekerjaan?
Guru Sebagai Pembimbing Peradaban
Guru bukan hanya pengajar di kelas, tetapi pembimbing kehidupan dan penanam nilai. Tugas seorang guru jauh melampaui penyampaian materi pelajaran. Ia adalah sosok yang menanamkan nilai moral, membentuk karakter, serta menyalakan semangat kemanusiaan di dalam diri peserta didik.
Madrasah, dengan akar nilai-nilai Islam yang rahmatan lil ‘alamin, memiliki posisi istimewa dalam mencetak generasi yang berilmu, beriman, dan berakhlak mulia. Hal ini sejalan dengan sabda Rasulullah SAW:
“Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia.”
(HR. Ahmad)
Hadis tersebut menjadi pijakan bahwa tujuan pendidikan bukan hanya pencapaian pengetahuan, tetapi juga pembentukan watak dan moralitas. Ilmu tanpa akhlak akan kehilangan arah, sedangkan akhlak tanpa ilmu akan kehilangan kekuatan.
Pendidikan untuk Masa Depan Peradaban
Ki Hajar Dewantara, Bapak Pendidikan Nasional Indonesia, pernah menegaskan bahwa:
“Pendidikan adalah daya upaya untuk memajukan budi pekerti, pikiran, dan jasmani anak, agar dapat memajukan kesempurnaan hidup.”
Dari pandangan ini, jelas bahwa pendidikan bukan sekadar instrumen akademik, tetapi juga proses peradaban manusia — dari tidak tahu menjadi tahu, dari tahu menjadi bijak, dari bijak menjadi manusia yang bermanfaat.
Menurut Prof. Dr. Nurcholish Madjid, peradaban yang tinggi lahir dari manusia yang berilmu dan berakhlak. Sementara Prof. Quraish Shihab menekankan bahwa pendidikan harus melahirkan insan yang mampu “menjadi rahmat bagi lingkungannya, bukan sekadar mengejar prestasi pribadi.”
Mengarahkan siswa menuju masa depan peradaban berarti menyiapkan mereka menjadi generasi yang:
Madrasah: Titik Awal Peradaban
Madrasah adalah wadah pendidikan yang unik: tempat di mana ilmu dan iman bertemu, di mana akal dan hati seimbang. Di ruang-ruang madrasah, nilai-nilai keislaman, keilmuan, dan kebangsaan menyatu menjadi fondasi bagi terbentuknya generasi pembangun peradaban.
Menurut Dr. Anies Baswedan, pendidikan yang bermakna adalah pendidikan yang “menyiapkan peserta didik bukan hanya untuk sukses di masa kini, tetapi juga untuk memimpin masa depan.”
Maka dari itu, setiap guru dan tenaga pendidik di madrasah harus memiliki visi jauh ke depan. Kita tidak cukup hanya mengajar agar siswa lulus ujian, tetapi harus menginspirasi mereka untuk menjadi insan pembelajar sepanjang hayat — lifelong learners — yang siap menghadapi tantangan global tanpa kehilangan jati diri.
Ajakan untuk Bergerak Bersama
Kini saatnya seluruh guru dan tenaga pendidik bangkit bersama. Mari kita ubah cara pandang:
Seperti pepatah Arab yang menyebut:
“Man zara’a hasanatan yahṣud tsimārahā” –
“Barang siapa menanam satu kebaikan, ia akan menuai buahnya kelak.”
Mari kita terus menanam pohon-pohon kebaikan melalui pendidikan, keteladanan, dan doa yang tulus. Bersama madrasah, kita arahkan siswa menuju masa depan yang berperadaban, berilmu, dan berakhlak mulia.
MasyaAllah semoga kita semua memiliki posisi istimewa dalam mencetak generasi yang berilmu, beriman, dan berakhlak mulia. Aamiin
@Silvia Manora Harahap ,
Masya Allah. Tulisan yang sungguh menginspirasi.
@Zulvijar Purba,
Senangat ,terus berkarkarya..
@Malik Ritonga,S.Pd.I,
Mantapp👍
@Erbina Qoriyah,
Mari sama² kita mengubah persiapan untuk peradaban masa depan madrasah
@Adi,